Pengajian: Pesona Kelembutan Islam
Oleh: Ustadz Hakamsyah Lc.
Di antara akhlak Nabi Saw. yang paling menonjol, beliau adalah 
pribadi yang lemah-lembut. Kesaksian semua orang yang pernah semasa 
dengan beliau, menggambarkan bahwa beliau tidak pernah berkata 
kasar, tidak pernah mengumpat, dan tidak pernah berlaku bengis. 
Bahkan, beliau Saw. tidak pernah marah, kecuali terhadap perbuatan 
yang melanggar kehormatan agama. 
Dalam ungkapan yang singkat, Dr. Yusuf al-Qardhawi 
mengatakan, "Barangsiapa membaca sunnah Rasul Saw., baik dalam 
perkataan maupun perbuatan, maka akan menemukan pancaran 
kelemahlembutan dalam berdakwah dan interaksi sehari-hari." 
Ada beberapa hikmah yang bisa kita peroleh dari perangai 
lemah-lembut, seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. Yaitu di 
antaranya: Pertama, kelemahlembutan bisa membuat kita menjadi 
pribadi yang indah. Secara garis besar, Allah Swt. mengkaruniakan 
dua keindahan kepada manusia: keindahan fisik, dan keindahan 
kepribadian. Manusia pada umumnya mudah terpukau oleh keindahan 
fisik. Namun, keindahan fisik ini akan segera kehilangan kesan bila 
tingkah-laku dan kata-katanya kasar. Di sinilah, kelemahlembutan 
menjadi kunci untuk mewujudkan pribadi yang indah. Nabi Saw. 
bersabda:
"إن الله يعطي على الرفق ما لا يعطي على العنف, وما لا يعطي على ما سواه".
"Sesungguhnya Allah memberi (keutamaan) kepada 
kelemahlembutan, yang tidak diberikanNya kepada kekerasan, dan tidak 
juga diberikanNya kepada (sifat-sifat) yang lain." (HR. Muslim 
dari `Aisyah ra.)
Dalam kesempatan lain, Nabi Saw. bersabda:
"إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه, ولا ينزع من شيء إلا شانه". 
"Sesungguhnya kelemahlembutan tidak melekat pada sebuah 
pribadi kecuali sebagai perhiasan, dan tidak terlepas darinya 
kecuali sebagai keaiban." (HR. Muslim)
Kedua, kelemahlembutan bisa membentuk orang-orang dan 
lingkungan di sekitar kita. Banyak Sahabat radhiyalLahu 
ta'âlâ `anhum yang memperoleh hidayah (masuk Islam) setelah 
menyaksikan pribadi Nabi Saw. yang lemah-lembut. Salah satunya: 
Tsumâmah bin Atsâl ra. 
Suatu hari, Tsumâmah yang masih musyrik tertangkap dalam 
sebuah peperangan melawan kaum Muslimin. Ketika Nabi Saw. menjenguk 
para tawanan, beliau sempat bertanya kepada Tsumâmah, "Apa yang 
ingin kau katakana, wahai Tsumâmah?"
Tsumâmah menjawab, "Jika kau hendak membunuhku, hai 
Muhammad, sesungguhnya kau membunuh seseorang yang memiliki pengaruh 
kuat. Jika mau berbuat baik kepadaku, maka kau berbuat baik kepada 
orang yang tahu berterima kasih. Dan jika kau ingin harta tebusan, 
sebutkan saja berapa pun jumlahnya, pasti akan aku bayar."
Namun Nabi Saw. tidak memerintahkan untuk membunuh Tsumâmah, 
atau meminta tebusan darinya. Beliau Saw. malah mengingatkan para 
Sahabat ra. agar merawat Tsumâmah dan tawanan lainnya dengan baik. 
Demikianlah, sampai tiga kali kesempatan Nabi Saw. 
menanyakan hal yang sama kepada Tsumâmah, ia terus menantang untuk 
dibunuh saja atau membayar tebusan dalam jumlah yang besar.
Setelah para tawanan tersebut dirawat hingga pulih kondisi  
mereka, alih-alih mereka dibunuh atau dimintai uang tebusan; Nabi 
Saw. dengan senyum mengembang malah membebaskan mereka tanpa syarat 
dan menyuruh mereka untuk kembali kepada keluarga masing.
Tsumâmah pun beranjak meninggalkan Nabi Saw dan para Sahabat 
ra. Namun tak lama berselang, ia kembali menghadap Nabi Saw., 
mengikrarkan keislamannya. Lalu ia berkata, "Sungguh, wahai 
Rasulullah, sebelum ini tiada orang yang paling saya benci di dunia 
selain anda. Tapi sekarang anda menjadi orang yang paling saya 
cintai di dunia ini." (HR. Bukhari dan Muslim) 
Ketiga, kelemahlembutan adalah pelindung hati dari noda dan 
penyakit kalbu. Yang perlu disadari, ketika kita berkata kasar dan 
mengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain. Tapi, 
terlebih lagi, kita sedang menodai hati kita sendiri, mengotorinya 
dengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras.
Suatu kali, Nabi Saw. tengah dudukbersama Aisyah ra. Lalu 
melintaslah sekelompok orang Yahudi di hadapan beliau. Tiba-tiba 
mereka menyapa Nabi Saw. dengan memelesetkan 
ungkapan "Assalâmu'alaikum" menjadi "Assâmu `alaika"—kebinasaan 
atasmu, hai Muhammad.
Mendengar serapah orang-orang Yahudi itu, Aisyah ra. naik 
pitam dan balik memaki mereka. Namun Nabi Saw. segera menenangkan 
Aisyah ra. dan memintanya agar tidak mengotori mulut dan hatinya 
dengan kekasaran dan kebencian. Lalu beliau memberikan alasan: 
"إن الله رفيق ويحب الرفق في الأمر كله". 
"Sesungguhnya Allah Swt. lembut, dan menyukai 
kelemahlembutan dalam segala hal." (HR. al-Bukhari)
Lemah-lembut dalam tutur kata, lemah-lembut dalam canda, 
serta lemah-lembut dalam tingkah-laku ternyata merupakan salah satu 
keteladanan yang paling menonjol dalam diri Rasulullah Saw. Dan saat 
ini, dalam keseharian kita, baik dalam lingkup kehidupan sosial yang 
paling kecil hingga yang paling besar; betapa kita menghajatkan 
keteladanan ini demi terus menjaga keseimbangan sosial yang kita 
miliki. Toh Allah Swt. telah berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan 
yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap (keridhaan) 
Allah…" (Al-Ahzâb; 21) 
Kelemahlembutan bukan indikasi ketidakberdayaan, tetapi 
merupakan tanda kemampuan untuk mengendalikan diri. Sebaliknya, 
kekasaran bukan tanda kekuasaan, namun tanda kerapuhan emosional dan 
kelemahan kepribadian.
Pada titik singgung ini, Nabi Saw. bersabda:
"إذا أحبّ الله عبدا أعطاه الرفق. وما من أهل بيت يحرّمون الرفق إلا 
حرّموا الخير".
"Apabila Allah Swt. menyukai seorang hamba, maka Ia akan 
mengkaruniainya kelemahlembutan. Dan barangsiapa dari keluargaku 
yang mengharamkan/menjauhi kelemahlembutan, maka sesungguhnya dia 
telah menjauhi kebaikan." (HR. Muslim dan Abu Dawud)

 
No comments:
Post a Comment